MAPEL AQIDAH AHLAK
2. Dalil Naqli tentang Syirik.
a. Q.S. An Nisa (4) : 48
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Alloh Swt mengampuni seluruh dosa manusia kecuali syirik. Syirik adalah dosa besar dan dosanya tidak pernah diampuni. Setiap dosa dan kesalahan selain syirik diampuni oleh alloh swt, hal itu sesuai dengan sifatnya yang maha pengampun (al Ghofur), akan tetapi terhadap perbuatan syirik, sekali kali Alloh Swt tidak akan memberikan ampun.
b. Q.S Al Kahfi (18) : 110
قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ
110. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap manusia yang ingin berjumpa dengan Alloh Swt (disurga) maka mereka harus memperbanyak amal kebaikan dan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu. Itu artinya perbuatan syirik dapat menghalangi manusia untuk dapat masuk surga.
3. Jenis dan macam-macam syirik.
a. Syirik besar (asy syirku al akbar)
Syirik besar adalah menjadikan sesuatu selain Alloh Swt sebagai sekutu (niddan) yang disembah dan ditaati seperti halnya menyembah Alloh Swt. Dia meminta dan berdoa kepadanya seperti berdoa kepada Alloh Swt.
b. Syirik kecil ( asy syirku al asghar)
Syirik kecil adalah perkara atau perbuatan yang dapat membawa seseorang kepada kemusyrikan. Perbuatan ini juga termasuk perbuatan dosa yanga dapata mengantarkan pelakunya kepada syirik besar, seperti segala perbuatan yang menyamakan sesuatu selain Alloh Swt dengan Alloh Swt dalam bentuk perkataan atau perbuatan.
Syirik kecil dalam bentuk amalan misalnya adalah riya' yaitu melakukan suatu perbuatan karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain.
MAPEL IBADAH
2. Dasar Hukum Hudud
Dalil yang menjadi dasar hukum hudud, diantaranya adalah sabda Rosululloh Saw yang artinya sebagai berikut :
" Tegakkanlah hukuman-hukuman (dari) Alloh pada kerabat dan lainnya dan janganlah kecaman orang yang suka mencela mempengaruhi kamu dalam (menegakkan hukum-hukum )Alloh (H.R Ibnu Majah)
3. Prinsip-prinsip Hudud
a. Asas Legalitas. berdasarkan firman Alloh Swt.
مَنِ اهْتَدٰى فَاِنَّمَا يَهْتَدِيْ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَاۗ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتّٰى نَبْعَثَ رَسُوْلًا
15. Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa tersesat maka sesungguhnya (kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul.
b. Asas tidak berlaku surut. Maksudnya : asas tidak berlaku surut adalah hukum pidana itu berlaku bagi tindak pidana yang terjadi setelah hukum pidana itu ditetapkan.
c. Asas kesamaan didalam hukum.
d. Asas praduga tak berslah.
e. Asas tidak sahnya hukuman karena keraguan.
MAPEL TARIH ISLAM
Isi Hadits At Tabrani tentang Profesionalisme dalam Bekerja.
Rasulullah tak berhenti menganjurkan bekerja. Beliau berpesan agar pekerjaan itu dilakukan sebaik mungkin. Pada sebuah hadis riwayat Ahmad, tergambar jelas maksud Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba yang berkarya, jelasnya.
Tak tanggung-tanggung, Rasulullah menyandingkan pekerjaan yang dilakukan seseorang secara giat dan ikhlas dengan jihad. Barang siapa bekerja keras untuk keluarganya, ia seperti pejuang di jalan Allah SWT. Secara jelas, Alquran menerangkan bahwa pengemban risalah agama dan orang-orang beriman merupakan mereka yang berkarya.
Para nabi dan rasul, selain berjuang menyebarkan risalah Ilahi juga bekerja. Nabi Nuh, misalnya, dikenal sebagai perintis bidang industri kayu. Nabi Ibrahim adalah ahli dalam pembangunan gedung. Keahlian bekerja dimiliki pula oleh Nabi Yusuf. Ia menguasai ilmu ekonomi dan mengabdi di istana kerajaan.
Rasulullah sendiri, sarat keahlian yang tak perlu diragukan lagi, yaitu dalam bidang perniagaan. Sebab, ia menegaskan bahwa bekerja merupakan kewajiban. Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban setelah kewajiban yang lain, demikian hadis riwayat Thabrani.
Allah SWT telah membuka peluang seluas-luasnya bagi umat untuk memanfaatkan karunia di bumi. Dengan itu, sambung Abdul Hamid, diharapkan umat bisa mengangkat derajat hidupnya, tapi dengan syarat mutlak, harus dicapai melalui kerja keras. Hal ini terungkap dalam Surat Al-Mulk ayat 15.
Menurut ayat tersebut, Allah menjadikan bumi itu mudah bagi manusia. Maka itu, manusia mestinya berjalan di segala penjuru bumi dan memakan sebagian rezeki yang dianugerahkan oleh Allah. Hanya kepada Allah manusia kembali setelah mereka semua dibangkitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar