Selasa, 21 September 2021

MATERI : Pendidikan Agama Islam (4)

 AQIDAH AHLAK ( 11 )

2. Sebaik-baik Manusia Bukan Yang Tidak Memiliki Dosa

    Manusia diciptakan oleh Allah dari dua unsur, yaitu tanah dan ruh. Tanah adalah simbol dimana setiap manusia memiliki dorongan untuk berperilaku rendah karena mengikuti hawa nafsu, misal: mencuri, menipu, dan berbagai perbuatan tercela yang lainya. Ruh adalah simbol kemuliaan, karenanya manusia juga memiliki fitrah untuk berlaku mulia, misalnya mengabdi hanya kepada Allah SWT, menolong sesama, membela yang lemah, dll. Dengan dua unsur tersebut manusia memiliki kecenderungan, kecenderungan berbuat baik dan berbuat buruk.
Tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak pernah berbuat dosa, semua manusia pasti pernah melakukan perbuatan dosa. Bahkan termasuk para Nabi, hanya saja untuk para nabi Allah SWT telah memberikan jaminan ampunan kepada mereka. Sebagai contoh misalnya Nabi Adam AS, ia pernah berbuat kesalahan kepada Allah SWT karena bujuk rayu syetan yang diceritakan dalam Q.S Toha ayat 120.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
" Setiap anak Adam (manusia) pernah berbuat kesalahan atau dosa. dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa yaitu orang yang bertaubat." (H.R. At Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sesungguhnya jika kita bandingkan antara dosa dan pahala kita, tidak akan sampai pahala yang kita kumpulkan dan dapat menghapus dosa yang kita lakukan, Hitunglah berapa banyak dosa yang telah kita lakukan, dan bandingkan dan perbuatan-perbuatan yang menghasilkan pahala setiap harinya, maka hanya sedikit saja pahala yang kita dapat.
Karena itulah Allah SWT mencintai siapa saja yang bertaubat dan menjadikan Dia sebagai satu-satunya tempat memohon perlindungan. Sahabat Umar bin Khattab pernah mengatakan " Hisablah dirimu sebelum dihisab di akhirat kelak".

Allah SWT itu maha penerima taubat, betapapun banyaknya dan besarnya dosa manusia, apabila ia bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Nya, maka Allah SWT pasti menerima taubat dan memberikan ampunan. Tidak ada istilah terlambat dalam bertaubat untuk kembali kepada jalan yang benar, kecuali ketika nyawa telah berada ditenggorokan atau ketika hari akhir itu telah tiba, maka pintu taubat sudah tertutup. Jadi telah cukup jelas, tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa (kecuali Nabi Muhammad SAW yang ma'shum atau terjaga). Setiap dosa akan diampuni oleh Allah SWT jika ia benar- benar meminta ampunan Nya dan bertaubat dengan sungguh-sungguh. 


IBADAH/FIKIH (7)

Empat  Sebab seseorang menjadi ahli waris :

 Pertama, nasab atau kekerabatan. Orang yang bisa mendapatkan warisan dengan sebab nasab atau kekerabatan adalah kedua orang tua dan orang-orang yang merupakan turunan keduanya seperti saudara laki-laki atau perempuan serta anak-anak dari para saudara tersebut baik sekandung maupun seayah. Termasuk juga anak-anak dan orang-orang turunannya, seperti anak-anak laki-laki dan perempuan serta anak dari anak laki-laki (cucu dari anak laki-laki) baik laki-laki maupun perempuan.

 Kedua, pernikahan yang terjadi dengan akad yang sah.  Meskipun belum terjadi persetubuhan di antara pasangan suami istri namun dengan adanya ikatan perkawinan yang sah maka keduanya bisa saling mewarisi satu sama lain. Bila suami meninggal istri bisa mewarisi harta yang ditinggalkannya, dan bila istri yang meninggal maka suami bisa mewarisi harta peninggalannya. Termasuk bisa saling mewarisi karena hubungan pernikahan adalah bila pasangan suami istri bercerai dengan talak raj’i kemudian salah satunya meninggal dunia maka pasangannya bisa mewarisi selama masih dalam masa idah talak raj’i tersebut. Sedangkan pasangan suami istri yang menikah dengan pernikahan yang fasid (rusak), seperti pernikahan tanpa adanya wali atau dua orang saksi, keduanya tidak bisa saling mewarisi. Demikian pula pasangan suami istri yang menikah dengan nikah mut’ah.

 Ketiga,  memerdekakan budak. Seorang tuan yang memerdekakan budaknya bila kelak sang budak meninggal dunia maka sang tuan bisa nemerima warisan dari harta yang ditinggal oleh sang budak yang telah dimerdekakan tersebut. Namun sebaliknya, seorang budak yang telah dimerdekakan tidak bisa menerima warisan dari tuan yang telah memerdekakaknnya. 

Keempat, Islam. Seorang muslim yang meninggal dunia namun tak memiliki ahli waris yang memiliki sebab-sebab di atas untuk bisa mewarisinya maka harta tinggalannya diserahkan kepada baitul maal untuk dikelola untuk kemaslahatan umat Islam. Orang yang tak memiliki salah satu dari ketiga sebab di atas ia tak memiliki hak untuk menerima warisan dari orang yang meninggal.


TARIH ISLAM (9)


Berbagai Pendapat / Teori Penyebaran Islam dalam Masyarakat Indonesia.

Letak Indonesia  ( Nusantara ) jauh dari pusat-pusat Islam  di Timur Tengah. Faktor ini menurut Azyumardi penting untuk memahami substansi dari proses Islamisasi di kawasan bersangkutan. Mengapa?

Jauhnya wilayah nusantara membuat proses Islamisasi yang berlangsung jadi berbeda dengan kawasan  lain seperti Afrika Utara atau Asia Selatan misalnya. Proses Islamisasi pada dua kawasan tadi terjadi setelah ekspansi militer, sedangkan proses Islamisasi di kawasan Nusantara praktis berlangsung secara damai. Satupun tidak ada yang nmengalami proses Islamisasi sebagaimana di kawasan Afrika Utara ataupun Asia Selatan.

Tentang hubungan antara Islamisasi dengan kemayoritasan Islam di Nusantara, umum para sejarahwan dan ahli berpendapat sebagaimana berikut :

1. Teori Motif Ekonomi dan Politik dalam Proses Penyebaran Islam.

2. Teori Balapan antara Islam dan Kristen ( the Rice Between Islam and Christianty Theory ) dalam            Proses Penyebaran Islam .

3. Teori sufi dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.


AL QUR'AN (11)

Menuntut Ilmu adalah Bagian dari Jihad dijalan Alloh

Ana bin Malik r.a meriwayatkan, nabi Muhammad Saw. bersabda : " Barang siapa  yang keluar untuk mencari ilmu, maka dia sedang berjuang di jalan Allo Swt. hingga kembali/pulang." Hadits ini diriwayatkan secara hasan oleh Imam Tirmidzi.

Mengapa menuntut ilmu disetarakan dengan jihad dijalan Alloh Swt ? Berikut penjelasan Ibnul qoyim Al Jauziah.

Yang menjadi alasan mengapa menuntut ilmu disetarakan pahalanya dengan jihad fii sabilillah, tutur Ibnu Qoyim dalam miftah Dar As Sa'adah sebagaimana dikutip Dr. Thal'at Muhammad 'Afifi Salim, " Karena dengannya/ilmu Islam dapat berdiri sebagaimana hal itu juga merupakan fungsi jihad.

Pasalnya , Islam hanya tegak dengan dua hal : Ilmu dan jihad dijalan Alloh Swt. Oleh karenanya, tulis Imam yang banyak menulis kitab ini," jihad dibagi menjadi dua ; jihad dengan tangan dan tombak yang diikuti oleh semua orang, dan jihad dengan argumen dan penjelasan yang hanya dilakukan oleh kalangan terbatas dari penerus para utusan Alloh yaitu ulama.

Jihad dengan tangan dan tombak hanya berlangsung beberapa masa. dan akan berhenti jika musuh berhasil dibunuh. Namun tidak demikian dengan perang pemikiran yang hanya bisa dilawan dengan ilmu. Ia akan terus berlangsung hingga akhir jaman dan bermetamorfosis ke dalam banyak bentuknya.

Maka para ulama dan  'alim harus berjibaku, bersinergi bersatu padu, dan bekerja sama dalam jihad ilmu ini. Mereka harus waspada dan menyeruak ke segenap lini kehidupan demi mencerahkan kaum muslimin dan mengeluarkan manusia dari gelapnya jahiliyah menuju cahaya Islam nan benderang.






Selasa, 14 September 2021

MATERI : Pendidikan Agama Islam (3)

 Aqidah Ahlak ( 10 )

Pahala dan Dosa.

1. Pahala dan Dosa termasuk Ghaib.

Ciri orang bertakwa yang pertama kali disebutkan dalam Al Qur'an adalah orang yang beriman kepada hal yang ghaib. Dalam Q.S. Al Baqoroh: 1-3 Alloh Swt berfirman :
yang artinya : "Alif laam miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib...".

Dalam pengertian yang sederhana, ghaib adalah sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Bagi orang yang bertaqwa, mempercayai hal ghaib adalah suatu kewajiban karena itu adalah bagian dari nilai-nilai dasar keimanan, termasuk dalam hal mempercayai adanya pahala dan dosa.
Sebagaimana surga dan neraka, pahala dan dosa memiliki sifat yang sama. Keberadaannya tidak ditampakkan oleh Alloh Swt. Wujudnya tidak dapat dibayangkan oelh angan-angan manusia, juga tidak dapat diukur menggunakan ukuran manusia. Selain untuk menguji keimanan manusia, sifatb ghaib pahala dan dosa untuk mengukur tingkat ketaatan manusia dalam menjalankan aturan Alloh Swt. Alloh Swt berfirman dalam Q.S. An Nisaa : 123 :

لَّيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَآ أَمَانِىِّ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ ۗ مَن يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدْ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا 

Arab-Latin: Laisa bi`amāniyyikum wa lā amāniyyi ahlil-kitāb, may ya'mal sū`ay yujza bihī wa lā yajid lahụ min dụnillāhi waliyyaw wa lā naṣīrā 

Terjemah Arti: (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.

Ayat diatas menjelaskan bahwa pahala yang diberikan oleh Alloh Swt sebagai balasan atas perbuatan baik manusia itu tidak dapat dibayangkan angan-angan manusia, karena itu adalah kehendak Alloh Swt. Adapun bagi orang yang melakukan kejahatan, Alloh akan memberikan balasan (siksa) atas kejahatan tersebut dan ia tidak mendapatkan perlindungan siapapun. Pahala dan dosa, surga dan neraka kesemuanya tidak langsung diperlihatkan oleh Alloh Swt didunia ini.Andai pahala dan dosa, surga dan neraka itu langsung diperlihatkan oleh Alloh Swt maka seluruh manusia akan berbuat taat dan tidak akan ada satupun yang berbuat maksiat. Semua manusia akan berlomba lomba tanpa henti berbuat baik untuk mengejar nikmat balasan Alloh Swt.di surga, serta berusaha sekuat tenaga menghindari kemaksiatan karena takut akan pedihnya adzab di neraka.
Sebab contoh misalnya ketika Alloh menjanjikan besarnya pahala shalat berjama'ah dengan 27 (dua puluh tujuh) kali lipat dibandingkan dengan sholat sendirian yang hanya mendapatkan satu pahala. Kalau saja Alloh Swt menampakkan besarnya pahala tersebut dengan menggunakan ukuran manusia (seperti ukuran rupiah atau lainnya), dan langsung memberikan balasan tersebut  seketika setelah seseorang mengerjakan shalat pasti semua manusia tidak akan rela melewatkan kesempatan shalat berjama'ah. Begitu juga dengan pedihnya siksaan bagi orang yang meninggalkan shalat fardhu. Kalau saja Alloh Swt menampakkan pedihnya siksa neraka jahanam bagi orang-orang yang meninggalkan shalat fardhu, temtulah manusia takut meninggalkannya.


IBADAH (6)

Ahli Waris.

Ahli waris adalah semua orang yang karena telah ditetapkan dalam nash berhak mendapatkan harta warisan. Ahli waris belum bisa mendapatkan bagian dari harta yang ditinggalkan mayit sebelum memperhatikan beberapa hak yang berhubungan dengan harta warisan, sebab ada kemungkinan si mayit waktu hidupnya masih menanggung hutang kepada pihak tertentu atau wasiat. Hak-hak yang harus diselesaikan sebelum harta warisan dibagi antara lain:

1. Hak yang menyangkut kepada kepentingan mayit sendiri.

Apabila mayit meninggakan harta warisan, maka segala biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan kepentingan mayit dari sejak dimandikan sampai penguburan diambilkan dari sebagian harta tersebut. Sedangkan iaya tambahan lainya, seperti selamatan pada hari-hari tertentu tidak boleh diambilkan dari harta peninggalan. Sebab amalan tersebut tidak disyariatkan oleh islam dan harus ditinggalkan. 

2. Hak yang menyangkut hutang si mayit ketika masih hidup.

Apabila mayit meninggalkan hutang kepada pihak lain hendaklah harta warisan yang belum dibagi supaya diambil sebagian guna membayar hutang.

3. Hak yang menyangkut wasiat.

Pesan atau wasiat yang ditinggalkan mayit yang berisi perintah agar sebagian hartanya diberikan kepada seseorang atau suatu badan agr dilaksanakan sebelum hata dibagi kepada ahli waris. 


TARIH ISLAM ( 8 ) 

Sekitar Awal Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia

Ada pendapat yang menyatakan, bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, ada juga yang menyatakan abad ke -7.Ada pendapat yang mengatakan Islam di Indonesia datang dari anak benua India,tetapi ada yang berpendapat Islam datang langsung dari Timur Tengah.Masih banyak lagi seluk-beluk persoalan yang belum tuntas berkaitan dengan pembicaraan proses Islamisasi atau masuknya Islam di Indonesia.

Persoalan seputar Islamisasi di Indonesia,tampaknya merupakan masalah yang belum selesai diperbincangkan.Apabila disimak baik-baik, masalah yang masih terus menjadi perdebatan menurut Azyumardi Azra, ada tiga hal pokok.Tiga hal pokok yang dimaksud adalah melputi :

1.     Soal tempat asal kedatangan Islam.

2.     Soal kapan waktu kedatangan Islam.

3.     Soal siapa para pembawa atau penyebarnya.

 

A.Berbagai teori /pendapat tentang kedatangan Islam di Indonesia.

Sejarah Islam pada masa awal di Asia Tenggara-termasuk Indonesia (Nusantara) ternyata luar biasa galau dan rumit.Kegalauan dan kerumitan tersebut bukan karena karakter dari Islam itu sendiri.Akan tetapi, hal tersebut disebabkan oleh minimnya kajian sejarah yang dapat merumuskan jejak-jejak historis yang dapat dijadikan pegangan.Demikian yang dikatakan Azyumardi Azra  dalam pengantar buku “Perspektif Islam di Asia Tenggara. Paling tidak, kata Azyumardi Azra terdapat tiga teori besar tentang Islamisasi

Indonesia yang bisa dikedepankan.Masing-masing dari teori tersebut adalah :

1.     Teori yang menyatakan kedatangan Islam di Indonesia langsung dari Arabia.

2.     Teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia datang dari anak benua India/Gujarat.

3.     Teori yang menyatakan Islam di Indonesia berasal dari Benggali (sekarang Banglades).

 

1.Teori yang menyatakan Kedatangan Islam di Indonesia (Nusantara) langsung dari Arabia (Hadramaut).

Diantara tokok-tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Crawfurd (1820),Keyzer (1859),Nieman (1861),de Hollander (1861) dan Vert (1878).Adapun tokoh-tokoh sejarawan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) yang mendukung teori ini adalah Hamka,A.Hasymi,Uka Tjandrasasmita dan Sayed Muhammad Naquib Al Attas. 

Kapan waktu kedatangan Islam di Indonesia pertama ? Berbagai seminar untuk mencari jawaban atas pertanyaan ini beberapa kali diselenggarakan.Misalnya, seminar di Medan tanggal 17-20 Maret 1969.,seminar di aceh tanggal 10-16 Juli 1978,serta 25-30 September 1980.Diantara kesimpulan dari seminar seminar tersebut menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7.Masih menurut hasil seminar itu,Islam masuk ke Indonesia juga langsung dari Arabia (bukan India). Tentang bukti-bukti yang dapat menjadi penguat pendapat ini diantaranya adalah laporan dari agamawan sekaligus pengembara asal Cina bernama I-tsing.

I-tsing melaporkan bahwa pada tahun 51 H/671 M,dirinya menumpang kapal Arab atau Persia untuk berlayar dari Kanton serta berlabuh dipelabuhan muara sungai Boga (disebut juga Sribhoga atau Sribuza) yaitu sungai Musi sekarang.Banyak sarjana yang mengidentifikasi bahwa Sribuza adalah Palembang yang pada waktu itu sebagai ibu kota kerajaan Budha Sriwijaya.Jumlah kapalnya 35 kapal ( menurut Yuanthcao).

Menurut I-tsing, Sriwijaya merupakan pusat terkemuka keilmuan Budha di Nusantara.Meskipun demikian,Sriwijaya pada waktu itu memiliki watak kosmopolitan (kota yang para penduduknya dari berbagai bangsa).Watak kosmopolitan inilah yang memungkinkan masuknya berbagai ajaran/pengaruh (Agama) lain termasuk dalam hal ini Islam. Watak yang kosmopolitan ini pula yang memungkinkan para pengungsi muslim dari Arab atau Persia (waktu iti terusir di Kanton) masuk ataupun mencari pelindungan di Palembang.

2. Teori yang menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal dari anak benua India (Gujarat).

Diantara tokoh sejarahwan yang mengemukakan teori ini adalah seorang ahli melayu asal Belanda dari Universitas Leiden yang bernama Pijnappel.Ia mengemukakanteorinya paa tahun 1872, Islam datang ke Nusantara kata Pijnappel berasal dari orang0orang Gujarat dan Malabar di India.Namun demikian, para penyebar Islam berasal dari arab.Ia melihat kedekatan Nusantara dan anak benua India sering disebut dalam sejarah.
Tokoh yang mendukung teori ini antara lain adalah Snouck Hurgronje dan W.F.Stutterheim.
Pembuktiannya adalah bentuk relief pada batu nisan (makam) Sultan Malik al Shaleh di Samudra Pasai.Teori W.F Stutterheim mendapat dukungan penelitian sarjana Belanda bernama Moquette. Penelitian Moquette menyimpulkan bahwa batu nisan (makam) Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur (wafat 822 H/1419).Seementara kedua batu nisan tadi sama dengan batu nisan yang terdapat di camby (Gujarat).Dari kesamaan inilah Moquette yakin bahwa Islam memang berasal dari Gujarat.
3. Teori yang menyatakan Islam Indonesia Berasal dari Benggali (sekarang Bangladesh).
Pendapat ini dikemukakan oleh Tom Pires dan dikembangkan oleh S.Q Fatimi.Alasannya orang-orang terkemuka di Pasai kebanyakan berasal keturunan Benggali.Tentang kapan kedatangan Islam di Nusantara, pengembang pendpat ini menyatakan abad ke-11 M.Bukti pendapat ini adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun (wafat 475 H/1082 M) di Leran ,Gresik.


AL QUR'AN dan HADITS ( 10 )

MERAIH CINTA ALLOH DENGAN BERSUNGGUH SUNGGUH DALAM BEKERJA

1. Etos Kerja dalam Perspektif Islam

a. Pengertian Etos Kerja

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

Islam dapat dilakukan pendekatan dari dua sisi, pertama adalah sisi ajaran wahyu dan kedua dari sisi sejarah. Dari sisi ajaran wahyu yaitu al-Qur'an, sebagai wahyu Tuhan yang diamanahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, memiliki karakter mutlak, tunggal dan tetap sampai akhir zaman. Sedangkan Islam dari segi sejarah adalah praktek keberhidupan di muka bumi ini dalam realitas sosial, ekonomi, politik, budaya dan lainnya.

Tidak ada lain bagi kaum beriman kecuali harus mengkaji pandangan Islam tentang etos kerja. Meski makhluk hidup di bumi sudah mendapat jaminan rezeki dari Allah, namun kemalasan tidak punya tempat dalam Islam. Fatalisme atau paham nasib tidak dikenal dalam Islam. Firman Allah, "...maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan" (Qs Al-Ankabut: 17).

2. Etos Kerja dalam sudut Pandang Islam.

Manusia sebagai makhluk Alloh yang memiliki kebutuhan dalam keberlangsungan hidupnya, sudah seyogyanya manusia harus berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dengan bekerja. Seorang muslim cara pandang bahwa kehidupan dunia itu selalu dilihat dari dua sudut pandang, duniawi dan ukhrowi. Begitu juga dalam hal memenuhi kebutuhan hidup atau bekerja, tidak semata hanya berorientasi pada duniawi saja, melainkan harus melihat dari sudut ukhrowi.

Q. S At Taubah : 105.

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 

Arab-Latin: Wa quli'malụ fa sayarallāhu 'amalakum wa rasụluhụ wal-mu`minụn, wa saturaddụna ilā 'ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn 

Terjemah Arti: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.







Selasa, 07 September 2021

Materi : PAI & BP ( 2 )

 Aqidah Ahlak ( 8 )


Hikmah Beriman kepada Hari Akhir

1. Menunjukkan betapa pentingnya iman kepad hari akhir dalam ajaran Islam.,sebab dengan adanya keimanan kepada hari akhir menjadikan seorang mukmin memiliki sikap disiplin dan berusaha maksimal untuk mematuhi ajaran Alloh Swt.

2. Dengan adanya gambaran yang detail tentang syurga dan neraka dengan segala kenikmatan dan siksaannya,seseorang akan terdorong untuk merasakan kenikmatan itu dan takut untuk mendapatkan siksaan. Hal tersebut dapat memotivasi seseorang untuk memperbanyak beramal shalih dan menghindari kemaksiatan.

3. Dengan sering disebutkan masalah iman pada hari akhir, dapat mengingatkan orang yang sering lupa dan lalai dalam kehidupannya dengan segala kesenangan hidup.

4. Dengan menjelaskan masalah hari akhir secara detail diharapkan dapat mematahkan argumentasi para penentangnya serta mematahkan dalil-dalil yang tidak ilmiah dari orang-orang yang tidak percaya kepada hari akhir. 


IBADAH ( 5 ) 

MAWARIS DALAM ISLAM

Pertemuan 5 :

A.  Pengertian Mawaris Dalam Islam

Kata mawaris berasal dari kata waris atau Al-miirats, waritsa yang berarti berpindahnya sesuatu yakni harta yang berupa materi dari seseorang yang disebut sebagai pewaris kepada orang lain yang disebut sebagai ahli waris. Ilmu yang mempelajari hal-hal yang menyangkut waris disebut dengan ilmu mawaris atau dikenal juga dengan istilah fara’id. Kata fara’id atau dalam bahasa arab, mafrud’ah, adalah bagian pada harta peninggalan yang telah ditentukan kadarnya. sedangkan secara istilah mawaris atau Warisan  diartikan sebagai perpindahan harta atau kepemilikan suatu benda dari orang meninggal dunia atau pewaris kepada ahli warisnya yang masih hidup.

Harta warisan atau harta peninggalan dalam ilmu mawaris dikenal dengan sebutan tirkah yang artinya peninggalan. Tirkah diartikan sebagai sesuatu atau harta yang berupa materi  ditinggalkan oleh pewaris atau orang yang meninggal, dan pembagiannya harus sesuai dengan syariat Islam.

Berkaitan dengan mawaris, terdapat beberapa istilah penting yaitu :

1.      Muwaris adalah Orang yang meninggalkan harta Warisan

2   Tirkah Yaitu seluruh harta peninggalan orang yang meninggal dunia sebelum diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang menunaikan wasiat.

3.      Al irsi, adalah harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris yang berhak setelah diambil untuk pemeliharaan jenasah, melunasi hutang dan menunaikan wasiat.

4.      Warosah, yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris

B.  Dasar Hukum Mawaris

Hukum mawaris mengatur hal-hal yang menyangkut harta peninggalan (warisan) yang ditinggalkan oleh ahli waris atau orang yang meninggal. Ilmu mawaris dalam islam mengatur peralihan harta peninggalan dari pewaris kepada nasabnya atau ahli warisnya yang masih hidup. Adapun dasar-dasar hukum yang mengatur ilmu mawaris adalah sebagai berikut:

1.      Alqur’an

لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ ۚ نَصِيبًا مَفْرُوضًا

“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”. (QS. An-nisa (4): 7)

يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ الثُّلُثُ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak;n jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yangmeninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS. An-nisa (4): 11)

2.      Al Hadist

إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ لِكُلِّ وَارِثٍ نَصِيبَهُ مِنَ الْمِيرَاثِ فَلاَ يَجُوزُ لِوَارِثٍ وَصِيَّةٌ

“Sesungguhnya Allah membagi untuk setiap ahli warisnya sudah mendapatkan bagian-bagiannya. Karenanya tidak boleh ada wasiat untuk ahli waris.” (HR. Ibnu Majah, no. 2712; Tirmidzi, no. 2121. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan


TARIH ISLAM ( 7 )

Cara-cara Masuknya Islam Ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia melalui cara-cara berikut ini:

1. Perdagangan

Pedagang-pedagang Islam dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting dalam penyiaran agama Islam di Indonesia. Masuknya Islam ke Indonesia melalui media perdagangan terjadi pada tahap awal yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M.

Pada masa itu, para pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia semakin banyak sehingga pada akhirna membentuk sebuah pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat inilah mereka saling berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat setempat atau penduduk asli seraya menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia

2. Perkawinan

Para pedagang Islam yang datang ke Indonesia banyak yang menikah dengan wanita-wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang beragama Islam diminta untuk mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. Melalui proses perkawinan ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari komunitas kecil hingga menjadi kerajaan-kerajaan Islam.

3. Pendidikan

Penyebaran Islam melalui pendidikan dilakukan melalui pesantren-pesantren, khususnya oleh para kyiai. Semakin terkenal kyiai yang mengajar di sebuah pesantren itu,semakin besar pula pengaruh pesantren tersebut di tengah-tengah masyarakat.

Beberapa pesantren yang terkenal di Indonesia diantaranya Pesantren Ampel Denta, milik Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Pesantren Sunan Giri milik Sunan Giri, yang kebanyakan muridnya berasal dari Maluku. Disamping mengajar di pesantren-pesantren, para kyiai juga sering kali menjadi penasehat para raja ataupun bangsawan.

4. Tasawuf

Penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya ialah melalui tasawuf. Tasawuf ialah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf lebih memudahkan orang yang telah mempunyai dasar ketuhanan lain untuk mengerti dan menerima ajaran agama Islam.

Disamping itu, ajaran tasawuf ini memelihara unsur-unsur budaya sebelum Islam diteruskan dalam kehidupan Islam, sehingga Islam mudah diterima oleh masyarakat. Ajaran tasawuf ini banyak di jumpai dalam cerita-cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf diantaranya: Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Syekh Abdul Shamad, dan Nurdin al-Raniri.

5. Kesenian

Penyebaran agama Islam di Indonesia terlihat juga dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seni musik, seni pahat, dan seni sastra. Hasil-hasil karya seni ini dapat dilihat pada bangunan masjid-masjid kuno di Demak, Banten, Cirebon dan Aceh.

6. Politik

Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam tersebut. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, maka rakyatnya akan memeluk agama Islam juga.

Alasannya karena masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap rajanya. Demi kepentingan politik maka Raja akan mengadakan perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

7. Dakwah

Pendatang Muslim yang singgah di Indonesia baik yang menetap maupun yang tidak menetap, sebagian dari mereka memang benar-benar sengaja dan berniat untuk berdakwah. Penyebaran Islam melalui berdakwah, bukan hanya dilakukan oleh pendatang dari luar Indonesia.


AL QUR'AN ( 9 ) 

MERAIH CINTA ALLOH DENGAN BERSUNGGUH SUNGGUH DALAM BEKERJA

1. Etos Kerja dalam Perspektif Islam

a. Pengertian Etos Kerja

Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

Islam dapat dilakukan pendekatan dari dua sisi, pertama adalah sisi ajaran wahyu dan kedua dari sisi sejarah. Dari sisi ajaran wahyu yaitu al-Qur'an, sebagai wahyu Tuhan yang diamanahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w, memiliki karakter mutlak, tunggal dan tetap sampai akhir zaman. Sedangkan Islam dari segi sejarah adalah praktek keberhidupan di muka bumi ini dalam realitas sosial, ekonomi, politik, budaya dan lainnya.

Tidak ada lain bagi kaum beriman kecuali harus mengkaji pandangan Islam tentang etos kerja. Meski makhluk hidup di bumi sudah mendapat jaminan rezeki dari Allah, namun kemalasan tidak punya tempat dalam Islam. Fatalisme atau paham nasib tidak dikenal dalam Islam. Firman Allah, "...maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah kamu akan dikembalikan" (Qs Al-Ankabut: 17).

2. Etos Kerja dalam sudut Pandang Islam.

Manusia sebagai makhluk Alloh yang memiliki kebutuhan dalam keberlangsungan hidupnya, sudah seyogyanya manusia harus berusaha untuk memenuhi kebutuhannya tersebut dengan bekerja. Seorang muslim cara pandang bahwa kehidupan dunia itu selalu dilihat dari dua sudut pandang, duniawi dan ukhrowi. Begitu juga dalam hal memenuhi kebutuhan hidup atau bekerja, tidak semata hanya berorientasi pada duniawi saja, melainkan harus melihat dari sudut ukhrowi.

Q. S At Taubah : 105.

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 

Arab-Latin: Wa quli'malụ fa sayarallāhu 'amalakum wa rasụluhụ wal-mu`minụn, wa saturaddụna ilā 'ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi`ukum bimā kuntum ta'malụn 

Terjemah Arti: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.