Selasa, 21 September 2021

MATERI : Pendidikan Agama Islam (4)

 AQIDAH AHLAK ( 11 )

2. Sebaik-baik Manusia Bukan Yang Tidak Memiliki Dosa

    Manusia diciptakan oleh Allah dari dua unsur, yaitu tanah dan ruh. Tanah adalah simbol dimana setiap manusia memiliki dorongan untuk berperilaku rendah karena mengikuti hawa nafsu, misal: mencuri, menipu, dan berbagai perbuatan tercela yang lainya. Ruh adalah simbol kemuliaan, karenanya manusia juga memiliki fitrah untuk berlaku mulia, misalnya mengabdi hanya kepada Allah SWT, menolong sesama, membela yang lemah, dll. Dengan dua unsur tersebut manusia memiliki kecenderungan, kecenderungan berbuat baik dan berbuat buruk.
Tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak pernah berbuat dosa, semua manusia pasti pernah melakukan perbuatan dosa. Bahkan termasuk para Nabi, hanya saja untuk para nabi Allah SWT telah memberikan jaminan ampunan kepada mereka. Sebagai contoh misalnya Nabi Adam AS, ia pernah berbuat kesalahan kepada Allah SWT karena bujuk rayu syetan yang diceritakan dalam Q.S Toha ayat 120.

Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
" Setiap anak Adam (manusia) pernah berbuat kesalahan atau dosa. dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa yaitu orang yang bertaubat." (H.R. At Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sesungguhnya jika kita bandingkan antara dosa dan pahala kita, tidak akan sampai pahala yang kita kumpulkan dan dapat menghapus dosa yang kita lakukan, Hitunglah berapa banyak dosa yang telah kita lakukan, dan bandingkan dan perbuatan-perbuatan yang menghasilkan pahala setiap harinya, maka hanya sedikit saja pahala yang kita dapat.
Karena itulah Allah SWT mencintai siapa saja yang bertaubat dan menjadikan Dia sebagai satu-satunya tempat memohon perlindungan. Sahabat Umar bin Khattab pernah mengatakan " Hisablah dirimu sebelum dihisab di akhirat kelak".

Allah SWT itu maha penerima taubat, betapapun banyaknya dan besarnya dosa manusia, apabila ia bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Nya, maka Allah SWT pasti menerima taubat dan memberikan ampunan. Tidak ada istilah terlambat dalam bertaubat untuk kembali kepada jalan yang benar, kecuali ketika nyawa telah berada ditenggorokan atau ketika hari akhir itu telah tiba, maka pintu taubat sudah tertutup. Jadi telah cukup jelas, tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa (kecuali Nabi Muhammad SAW yang ma'shum atau terjaga). Setiap dosa akan diampuni oleh Allah SWT jika ia benar- benar meminta ampunan Nya dan bertaubat dengan sungguh-sungguh. 


IBADAH/FIKIH (7)

Empat  Sebab seseorang menjadi ahli waris :

 Pertama, nasab atau kekerabatan. Orang yang bisa mendapatkan warisan dengan sebab nasab atau kekerabatan adalah kedua orang tua dan orang-orang yang merupakan turunan keduanya seperti saudara laki-laki atau perempuan serta anak-anak dari para saudara tersebut baik sekandung maupun seayah. Termasuk juga anak-anak dan orang-orang turunannya, seperti anak-anak laki-laki dan perempuan serta anak dari anak laki-laki (cucu dari anak laki-laki) baik laki-laki maupun perempuan.

 Kedua, pernikahan yang terjadi dengan akad yang sah.  Meskipun belum terjadi persetubuhan di antara pasangan suami istri namun dengan adanya ikatan perkawinan yang sah maka keduanya bisa saling mewarisi satu sama lain. Bila suami meninggal istri bisa mewarisi harta yang ditinggalkannya, dan bila istri yang meninggal maka suami bisa mewarisi harta peninggalannya. Termasuk bisa saling mewarisi karena hubungan pernikahan adalah bila pasangan suami istri bercerai dengan talak raj’i kemudian salah satunya meninggal dunia maka pasangannya bisa mewarisi selama masih dalam masa idah talak raj’i tersebut. Sedangkan pasangan suami istri yang menikah dengan pernikahan yang fasid (rusak), seperti pernikahan tanpa adanya wali atau dua orang saksi, keduanya tidak bisa saling mewarisi. Demikian pula pasangan suami istri yang menikah dengan nikah mut’ah.

 Ketiga,  memerdekakan budak. Seorang tuan yang memerdekakan budaknya bila kelak sang budak meninggal dunia maka sang tuan bisa nemerima warisan dari harta yang ditinggal oleh sang budak yang telah dimerdekakan tersebut. Namun sebaliknya, seorang budak yang telah dimerdekakan tidak bisa menerima warisan dari tuan yang telah memerdekakaknnya. 

Keempat, Islam. Seorang muslim yang meninggal dunia namun tak memiliki ahli waris yang memiliki sebab-sebab di atas untuk bisa mewarisinya maka harta tinggalannya diserahkan kepada baitul maal untuk dikelola untuk kemaslahatan umat Islam. Orang yang tak memiliki salah satu dari ketiga sebab di atas ia tak memiliki hak untuk menerima warisan dari orang yang meninggal.


TARIH ISLAM (9)


Berbagai Pendapat / Teori Penyebaran Islam dalam Masyarakat Indonesia.

Letak Indonesia  ( Nusantara ) jauh dari pusat-pusat Islam  di Timur Tengah. Faktor ini menurut Azyumardi penting untuk memahami substansi dari proses Islamisasi di kawasan bersangkutan. Mengapa?

Jauhnya wilayah nusantara membuat proses Islamisasi yang berlangsung jadi berbeda dengan kawasan  lain seperti Afrika Utara atau Asia Selatan misalnya. Proses Islamisasi pada dua kawasan tadi terjadi setelah ekspansi militer, sedangkan proses Islamisasi di kawasan Nusantara praktis berlangsung secara damai. Satupun tidak ada yang nmengalami proses Islamisasi sebagaimana di kawasan Afrika Utara ataupun Asia Selatan.

Tentang hubungan antara Islamisasi dengan kemayoritasan Islam di Nusantara, umum para sejarahwan dan ahli berpendapat sebagaimana berikut :

1. Teori Motif Ekonomi dan Politik dalam Proses Penyebaran Islam.

2. Teori Balapan antara Islam dan Kristen ( the Rice Between Islam and Christianty Theory ) dalam            Proses Penyebaran Islam .

3. Teori sufi dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.


AL QUR'AN (11)

Menuntut Ilmu adalah Bagian dari Jihad dijalan Alloh

Ana bin Malik r.a meriwayatkan, nabi Muhammad Saw. bersabda : " Barang siapa  yang keluar untuk mencari ilmu, maka dia sedang berjuang di jalan Allo Swt. hingga kembali/pulang." Hadits ini diriwayatkan secara hasan oleh Imam Tirmidzi.

Mengapa menuntut ilmu disetarakan dengan jihad dijalan Alloh Swt ? Berikut penjelasan Ibnul qoyim Al Jauziah.

Yang menjadi alasan mengapa menuntut ilmu disetarakan pahalanya dengan jihad fii sabilillah, tutur Ibnu Qoyim dalam miftah Dar As Sa'adah sebagaimana dikutip Dr. Thal'at Muhammad 'Afifi Salim, " Karena dengannya/ilmu Islam dapat berdiri sebagaimana hal itu juga merupakan fungsi jihad.

Pasalnya , Islam hanya tegak dengan dua hal : Ilmu dan jihad dijalan Alloh Swt. Oleh karenanya, tulis Imam yang banyak menulis kitab ini," jihad dibagi menjadi dua ; jihad dengan tangan dan tombak yang diikuti oleh semua orang, dan jihad dengan argumen dan penjelasan yang hanya dilakukan oleh kalangan terbatas dari penerus para utusan Alloh yaitu ulama.

Jihad dengan tangan dan tombak hanya berlangsung beberapa masa. dan akan berhenti jika musuh berhasil dibunuh. Namun tidak demikian dengan perang pemikiran yang hanya bisa dilawan dengan ilmu. Ia akan terus berlangsung hingga akhir jaman dan bermetamorfosis ke dalam banyak bentuknya.

Maka para ulama dan  'alim harus berjibaku, bersinergi bersatu padu, dan bekerja sama dalam jihad ilmu ini. Mereka harus waspada dan menyeruak ke segenap lini kehidupan demi mencerahkan kaum muslimin dan mengeluarkan manusia dari gelapnya jahiliyah menuju cahaya Islam nan benderang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar