Mapel AQIDAH AHLAK
C.Riya
1. Pengertian Riya
Pengertian riya secara bahasa yakni berasal dari kata Arriyaa'u yang memiliki arti memperlihatkan atau pamer. Riya merupakan suatu perbuatan memperlihatkan sesuatu, baik barang atau perbuatan baik. Namun dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain untuk mendapat pujian. Padahal sebenarnya tujuan utama dari beribadah atau beramal hanya dilakukan demi mencari ridha Allah SWT.
Riya juga merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Karena perbuatan ini dilakukan tidak berdasarkan dengan niat semata-mata hanya untuk Allah SWT. Riya adalah bentuk dari syirik kecil di mana mampu merusak ibadah serta mengurangi pahala seseorang. Tahukah kalian, kebaikan yang didasarkan dengan riya tidak bernilai di hadapan Allah SWT.
Perbuatan ini juga bisa diartikan sebagai sikap yang muncul akibat kurangnya pemahaman akan tujuan amal serta ibadah yang dilakukan. Riya muncul karena kurangnya iman kepada Allah, hari akhir dan ketidakjujuran kala menjalankan perintah agama. Orang riya adalah seseorang yang beribadah hanya karena ingin dianggap sebagai sosok taat pada agama.
Hukum Riya
۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ
122. Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.
Secara khusus, ayat ini berkenaan dengan sariyah, yakni ekspedisi perang yang dikirim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ada dua nama perang di masa Rasulullah. Pertama, dinamakan ghazwah jika Rasulullah ikut dalam peperangan. Maka beliau tidak mengizinkan seorang pun dari kalangan kaum muslim laki-laki untuk tidak ikut berangkat, kecuali orang-orang yang berhalangan seperti usia tua, tidak cukup umur atau sakit. Pada saat demikian, mereka yang berjihad itulah yang belajar agama dan akan mengajarkan kepada kaumnya karena mereka berperang bersama Rasulullah dan mendapat tarbiyah dari beliau.
Kedua, disebut sariyah. Yakni apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan sementara beliau tidak ikut berangkat. Dalam kondisi ini, sebagian kaum muslimin harus tinggal bersama Rasulullah untuk memperdalam pengetahuan agama. Sedangkan sebagian yang lain menyeru kaumnya dan memperingatkan mereka dari azab,- MAPEL TARIH ISLAM :
- Kemunduran Peradaban Islam di Dunia.
- Sejarah dunia mencatat bahwa pengaruh Islam pernah menduduki posisi penting dalam peradaban global. Istilahnya adalah masa kejayaan Islam atau the Islamic Goden Age, yang mendominasi sejak abad ke-8 hingga 13 Masehi. Kota-kota Islam seperti Baghdad, Cordoba, Damaskus, Alexandria, dan lain sebagainya merupakan pusat peradaban dan kebudayaan yang menjadi tujuan utama pelajar dan mahasiswa dari berbagai penjuru bumi untuk menuntut ilmu.
- Ibnu Khaldun, pakar sejarah dan sosiologi klasik menjelaskan bahwa kemunduran peradaban Islam disebabkan karena faktor internal dan eksternal di tubuh pemerintahan Islam. Pertama, faktor internal muncul dari menguatnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa untuk menerapkan gaya hidup bermewah-mewahan. Sementara itu, korupsi, kolusi, nepotisme, dan dekadensi moral tumbuh subur di badan pemerintahan. Kedua, faktor eksternal muncul dari ketidakpuasan tokoh dan intelektual di negaranya. Akibatnya, mereka yang punya kapabilitas dan integritas pindah ke negara lain (braindrain) yang mengurangi Sumber Daya Manusia (SDM) terampil di negara Islam. Baca juga: Sejarah & Profil Sunan Gresik: Wali Penyebar Islam Pertama di Jawa Perkembangan Islam Dunia Benua Amerika dan Pengaruh Muslim Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah Akibatnya, orang-orang yang mengisi posisi pemerintahan bukanlah orang yang kapabel yang menyebabkan menurunnya produktivitas. Jangka panjangnya, pengembangan sistem politik dan pengetahuan juga turut menurun. Padahal, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya." (H.R. Bukhari).Kemunduran Dinasti Abbasiyah Kemunduran Dinasti Abbasiyah dimulai dari pemerintahan Khalifah Al-Muktasim (833-842). Khalifah ini dipandang tidak cakap dalam menjalankan pemerintahan. Namun, karena kepercayaan bahwa jabatan khalifah harus dipimpin oleh orang-orang keturunan Quraisy, alih-alih keturunan non-Arab, maka khalifah pendahulunya, Al-Makmun menyerahkan jabatan kepada saudaranya, Al-Muktasim. Padahal, saat itu pengaruh orang-orang Persia dan Turki amat kuat di tubuh pemerintahan Islam. Akibatnya, jabatan khalifah seakan hanya simbol. Keputusan-keputusan penting disetir oleh bawahan-bawahannya. Baca juga: Sejarah Singkat Kesultanan Cirebon: Kerajaan Islam Sunda Pertama Perkembangan Islam Dunia Benua Eropa: dari Spanyol hingga Prancis Sejarah Perkembangan Akulturasi Budaya Islam di Indonesia Setelah masa pemerintahan Al-Muktasim, khalifah-khalifah di bawahnya berada dalam dominasi orang-orang Persia dan Turki. Konflik internal mencari pengaruh yang lebih kuat ini membuat sistem pemerintahan menjadi keropos. Akhirnya, pada abad ke-11 M, kekuatan orang-orang Turki semakin kuat dengan hadirnya pengaruh Turki Seljuk. Kemunduran Dinasti Abbasiyah juga disebabkan luasnya wilayah kekuasaan yang tidak diimbangi dengan kapabilitas pemimpinnya. Pada saat bersamaan, sistem keuangan negara tidak stabil dan kontestasi politik yang demikian kuat menyebabkan Dinasti Abbasiyah kian terpuruk. Baca juga: Sejarah Masjid Saka Tunggal Kebumen: Ciri Arsitektur & Filosofinya Sejarah Kesultanan Bima: Peninggalan Kerajaan & Silsilah Raja-raja Tokoh Sejarah Islam: Bidang Keahlian, Karya, & Penemuannya Kemunduran Dinasti Umayyah Andalusia Setelah Dinasti Umayyah runtuh di Timur Tengah, kekuasaan berpindah ke Andalusia (Spanyol) berkat pelarian Abdurrahman, keturunan Bani Umayyah yang berhasil menegakkan pengaruh di wilayah semenanjung Iberia ini. Di Andalusia, ia mendirikan Dinasti Umayyah II yang sempat menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam. Kemudian, pada masa khalifah Hajib Al-Mansur, mulai tampak benih-benih kemunduran di pemerintahan Islam. Khalifah Hajib Al-Mansur mengambil-alih tampuk kekhalifahan dari khalifah sebenarnya, Hisyam II, yang saat itu masih berusia 11 tahun. Lantaran dipandang masih terlalu muda dan belum pantas menjalankan negara, Hajib Al-Mansur mencoba mengambil-alih pengaruh Hisyam II. Baca juga: Sejarah Kerajaan Aceh: Sebab Runtuhnya Kesultanan & Silsilah Raja Perkembangan Islam di Afrika: Ethiopia, Mesir hingga Afrika Barat Hari Istiqlal 22 Februari: Sejarah Masjid Terbesar di Asia Tenggara Hajib Al-Mansur mempengaruhi para tentara Andalusia. Akibatnya, amat sedikit tentara yang setia pada khalifah. Selanjutnya, Hisyam II tak memiliki pilihan lagi kecuali mempercayakan jabatan khalifah kepada Hajib Al-Mansur. Setelah Khalifah Hajib Al-Mansur wafat, terjadi perebutan kekuasaan di tubuh pemerintahan Dinasti Umayyah yang menjadikan kacaunya sistem politik masa itu. Pada 1013, Dewan Menteri menghapuskan jabatan khalifah dan Andalusia terpecah ke banyak negara kecil. Dinasti Umayyah di Andalusia kemudian memasuki masa kemunduran yang dikenal dengan periode mulul al-thawaif. Sejak itu, jabatan pemerintahan hanya menjadi simbol belaka. Penguasanya adalah orang-orang Berber yang menyetir keputusan-keputusan politik dan kebijakan Dinasti Umayyah di Andalusia. Baca juga: Masjid Menara Kudus: Sejarah, Pendiri, & Ciri Khas Arsitektur Contoh Akulturasi Budaya Islam dalam Bidang Seni dan Bangunan Adab Bepergian dalam Islam, Jenis dan Manfaat saat Melakukan Safar Kemunduran Dinasti Fatimiyyah Dinasti Fatimiyyah mengalami kemuduran di masa khalifah Al-Hakim Biamrillah. Usai ia meninggal, 8 khalifah sesudahnya jatuh pada problem korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sejak khalifah Al-Zafir (1021-1036) sampai khalifah terakhir Al-Adid (1160-1171 M), para pejabat pemerintahan tenggelam dalam kemewahan duniawi. Urusan pemerintahan diserahkan kepada perdana menteri yang mengambil dominasi di tubuh pemerintahan. Akibatnya, jabatan khalifah hanya menjadi lembang negara, sedangkan pengaruh politik berada di tangan para Perdana Menteri yang menjabat. Selain itu, di masa khalifah Al-Hakim Biamrillah, terdapat konflik antara aliran Sunni dan Syiah. Khalifah ini menganut aliran Syiah dan ia mengangkatnya sebagai mazhab resmi negara. Padahal, mayoritas penduduk Mesir berpaham Sunni. Akibatnya, terjadi konflik antara rakyat dan penguasa. Apalagi para qadhi dan hakim dipaksa mengeluarkan putusan sesuai dengan ajaran Syiah yang melahirkan jurang perbedaan besar antara penduduk dan sistem hukumnya.MAPEL AL QUR'AN dan HADITS
- Berperilaku Mulia Sesuai Tuntunan Al Qur'an dan Hadits.
Akhlak merupakan tingkah laku, perangai, atau tabiat baik dan buruk nya perilaku seseorang. Lalu yang menjadi tolak ukur dalam perilaku baik dan buruknya akhlak seseorang ialah dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Seseorang yang berperilaku sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist maka itu lah akhlak yang sempurnana yang tidak melanggar ajaran agama Islam. Di dalam kehidupan, akhlak tidak dapat dipisahkan, dan akhlak memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keharmonisan hubungan antara Allah, Manusia, Binatang, Tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Orang yang tidak memiliki akhlak yang baik akan berdampak sangat patal seperti perkelahian antar teman, tidak menghormati orang lain sehingga banyak orang yang tidak menyukai nya dan masih banyak lagi dampak jika tidak memiliki akhlak baik, akan tetapi jika seseorang memiliki perilaku yang baik maka akan banyak dampak positif yang dia dapatkan seperti orang-orang suka berteman dengan nya, terciptanya solidaritas, tidak ada perselisihan antar teman dan lain-lain.
Al-Qur’an diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat muslim, Manusia menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman menjalani hidup di dunia agar selalu berjalan pada poros yang telah Allah tentukan dengan tujuan mendapatkan kebaikan di Surga, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Karena kehidupan di dunia ini keseluruhan nya telah diatur oleh Allah dalam kitab sucinya Al-Qur’an tidak terkecuali masalah akhlak. Karena manusia hidup berdampingan dengan manusia lain maka perlu bagi setiap individu mempelajari tentang akhlak.
Maka dari itu Allah memerintahkan kepada kita untuk bersikap baik kepada semua hal, Allah berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an yang berbunyi;
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (al-Baqoroh: 83)
Ada beberapa ayat yang senada dengan bunyi ayat di atas baik secara langsung atau tidak langsung, di antaranya adalah firman Allah:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar)” (al-Isro: 53)
Juga ada ayat yang memerintahkan kita jika berdebat dengan ahli kitab agar dengan cara yang baik pula:
وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka” (al-Ankabut: 46)
وَلا تَنْهَرْ هُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
“Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia” (al-Isro: 23)
Allah beberapa kali mengulang dan membicarakan tentang Akhlak, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak sangat penting dan diperintahkan oleh Allah kepada manusia. Agama Islam telah memiliki figur akhlak yang sangat sempurna, beliau adalah Nabi Muhammad SAW, Allah berfirman di dalam Al-Qur’an;
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab 33:21)
Selain itu Rasulullah juga menyatakan bahwa kehadiran beliau sebagai Nabi dan Rasul di muka bumi untuk menyempurnakan Akhlak, Rasulullah bersabda;
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ
Artinya : Sesungguhnya saya ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.( HR.Muslim).
Ada beberapa nilai kebaikan yang diperoleh ketika kita melakukan kebaikan sesuai dengan firman Allah di dalam Al-Qur’an,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97)
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-Zumar :10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar