Minggu, 17 Januari 2021

MATERI : AKIDAH AKHLAK (3)

3. Hubungan antara Qada dan Qadar 

Al Quran banyak menggunakan kata Qadha yang memiliki arti kehendak atau ketetapan hukum. Sedangkan kata Qadr banyak disebutkan dalam alquran dengan berbagai macam bentuk serta bermacam-macam pula artinya. 

Qadha dan Qadar memiliki hubungan yang sangat erat, keduanya tidak dapat dipisahkan karena menjadi satu kesatuan. Berdasarkan pengertian yang telah dipelajari sebelumnya, jika Qadha dimaknai sebagai kehendak dan ketetapan Allah Swt sejak zaman azali, maka Qadar adalah bentuk nyata perwujudan dari rencana dan ketetapan-Nya tersebut, dan itu terjadi sesuai dengan hukumNya. Dengan demikian jika kita mengatakan segala sesuatu terjadi berdasarkan Qadha dan Qadar Allah Swt, berarti segala sesuatu itu terjadi dengan kehendak dan ketetapan hukum Allah Swt yang telah ditentukan sebelumnya dan berjalan sesuai dengan aturan yang dibuat oleh kehendak Allah Swt serta dibawah pengetahuan-Nya.

4.  Kedudukan Qadha dan Qadar dalam kehidupan manusia 

Manusia memiliki kemampuan yang terbatas sesuai dengan ukuran (kadar)  yang diberikan Allah Swt, misalnya manusia tidak bisa terbang, manusia tidak bisa hidup tanpa oksigen, dan masih banyak contoh-contoh lainya. hal ini merupakan kemampuan yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia dan manusia tidak mampu melampauinya, kecuali jika manusia menggunakan akalnya untuk membuat alat. namun demikian akal manusia mempunyai ukuran yang sangat terbatas.

disisi lain, manusia berada di bawah hukum-hukum allah Swt sehingga segala sesuatu yang dilakukanya tidak lepas dari hukum Allah yang telah mempunyai kadar dan ukuran tertentu. Hanya saja karena hukum-hukum Allah Swt tersebut cukup banyak dan manysia diberi kemampuan untuk memilih, maka manusia dapat memilih mana di antara takdir yang ditetapkan oleh Allah Swt untuk dirinya tersebut.

Kedudukan Qadha dan Qadar bagi kehidupan manusia bukan berarti mutlak menghilangkan peran manusia. Kedudukan takdir bagi manusaia adalah selarasnya kemampuan akal manusia dalam memahami dan menangkap hukum-hukum atau ketetapan Allah Swt berdasarkan petunjuk AlQuran maupun hadits Nabi Saw. dengan adanya pengetahuan berdasarkan petunjuk al quran, maka manusia bisa memilih yang baik atau yang buruk, yang benar maupun yang salah. Namun demikian kemampuan pengetahuan akal manusia itu terbatas. tidak semua nilai dapat fitangkap oleh akal. Karena itu, dalam hubunganya dengan manusia, ulama membedakan takdir kedalam dua bentuk, yaitu takdir muallaq dan takdir mubram.

1. Takdir Mubram

Macam takdir yang pertama yaitu takdir Mubram. Takdir Mubram adalah suatu ketentuan yang bersifat pasti dan tidak dapat diubah oleh siapapun.

Ini juga dikenal dengan takdir mutlak, seperti contoh bahwa takdir manusia pasti mati. Kematian adalah salah satu rahasia terbesar dalam kehidupan manusia. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan ia akan mati, dan dalam keadaan bagaimana ia akan mati.

Tapi, siapapun manusia itu pasti akan mengalami kematian, "Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".(Yasiin:38).

2. Takdir Muallaq

Macam takdir yang kedua yaitu takdir Muallaq. Takdir Muallad adalah suatu ketentuan berdasarkan situasi dan kondisi, seperti jika seseorang rajin belajar, maka ia akan pandai. Tapi, jika ia malas, maka ia akan bodoh.

Orang yang rajin bekerja akan kaya, dan yang malas berusaha akan miskin, sebagaimana firman-Nya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Ar-Rad:11). 

Takdir Muallaq masih dapat berubah melalui upaya, ikhtiar, dan doa sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Manusia diwajibkan mempergunakan tenaga, akal pikirannya untuk berusaha mencapai kehendak dan keinginan disertai dengan segala syarat-syarat dan perhitungan sebab-akibat.

Contoh jenis takdir ini antara lain: keberhasilan anak sekolah dalam meraih prestasi. Siswa yang berprestasi itu bukanlah siswa yang diam saja tidak belajar, dan hanya menunggu takdir. Tetapi, ia selalu berusaha dan belajar setiap hari untuk meraih cita-cita yang diharapkannya. Dengan begitu, apa yang diraihnya selain ditentukan oleh takdir Allah SWT, juga ditopang oleh usaha dan doa yang dia lakukan. Jadi, berusaha itu harus, tetapi kita juga harus berdoa dan rela menerima segala takdir yang sudah ditentukan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar